Sekedar Membuka Memori Lalu

Posted: Selasa, 20 April 2010 by Yanuar in Label:
0



Aku berkhayal dalam penantianku, menghabiskan bulir-bulir peluhku dengan berandai-andai, menyisipkan relung-relung waktuku dengan khayalan-khayalan tak tentu, yang sebenarnya aku sendiri tak pernah yakin akan bisa direalisasikan atau hanya sekedar khayalan seorang pengkhayal.

Amati saja bias terpancar dari bayangan kelamku, begitu tersudut dan tiada pernah tersurut semangat untuk mencapai apa yang menjadi impian dalam hidup. Tak pernah takut dan terus berpacu dengan roda-roda sang waktu, karena pada akhirnya aku menyadari, hanyalah sebatas ihktiar mengerahkan segala daya yang kupunya secara optimal, dan biarkan Sang Empunya yang menentukan yang terbaik untukku.

Teringat di masa kecilku, aku begitu bangga mengenakan busana militer dengan gelar ala jendral tertinggi negeri ini, aku berpose layaknya sang pemimpin kecil di masaku, memimpin barisan teman-teman kecilku dengan suara lantang aku belajar menjadi qoidun umat. Aku memimpikan menjadi seorang jendral saat itu, jendral kecil begitulah jumawa bergema di dadaku.

Selang beberapa tahun, masih di masa kecilku, aku memimpikan menjadi seorang penerbang, astronot kebanggaan negeri pancasila. Berbagai kreatifitas aku kembangkan, berbagai pernik berbau pesawat dan roket aku himpuni, dengan satu mimpi, aku ingin menjadi astronot negeri.

Tak lama berselang, aku menatap para juara olimpiade bidang studi, dan aku terlecut menjadi bagian dalam prestasi itu, semangatku membara, daya kukerahkan untuk mencapai impian itu. Prestasi demi prestasi kuukir, hingga akhirnya aku jenuh, dan aku merasa ini terlalu menjemukan bagiku. Lalu aku berpaling mencari impian yang lain, yang lebih menarik bagiku dalam pandanganku saat itu

Terlecut semangat menjadi atlet, olahragawan. Berbagai turnamen aku ikuti, meski dari semua itu selalu mentok menjadi runner up, aku tetap bangga pada diri, bahwa aku mampu berprestasi. Dan aku terus berupaya mengembangkan skill di bidang itu. Namun, jiwa serakahku bergejolak membara mengarahkan mengalihkan pada fokusku, aku mencoba peruntungan di bidang lain, bukan prestasi malah frustasi yang kudapati. Tidak pernah mendapatkan posisi inti dan selalu menjadi bagian dari lapis kedua, menjadikanku pergi dan tak ingin seriusi lagi bidang ini, aku kecewa pada diriku sendiri. Tidak hanya itu di kala aku beralih ke bidang sport lain yang sama dengan didikan orang tuaku, hasilnya malah tambah membuatku hancur dalam harapan. Dari berbagai pertandingan yang kujalani, aku hanyalah menjadi bagian dari tim selalu kalah dan tidak pernah memperoleh kemenangan, dan aku frustasi dan memutuskan mundur mencari impian yang lain

Ketika beranjak remaja, aku tertarik pada alunan dawai, yang membawaku terbuai dalam angan untuk menjadi salah satu bagiannya yang handal. Berbagai area aku datangi untuk belajar pada sang ahli, hingga tekadku bulat untuk terus menekuni bidang ini. Namun sayang, keinginan hati tak direstui Ayah tercinta. Hasilnya kembali frustasi dan jatuh pada labilnya masa remaja yang menjalani proses pencarian diri. Waktu-waktuku habis dengan hal-hal yang tak berfaedah, hingga aku lupa akan makna dari pencarian itu sebenarnya

Kini setelah impian-impian itu terkikis satu persatu, aku baru menyadari, bahwa dalam diri ini begitu banyak nikmat yang senantiasa harus disyukuri. Ikhtiar menjadi parameter utama, dan hasil istiqomahkan pada Yang Kuasa, semakin berharap semakin larut dalam kekecewaan. Semakin dipasrahkan semakin diri ini paham tentang makna keihklasan. Aku pasrahkan segalanya padaMu. Hidupku hanya sekali dan yang ingin kuingat adalah apa yang telah kuperbuat untuk akhiratku nanti. Kini yang tersimpan hanyalah satu, satu impian. Karena jalanku adalah jalan menemukanMu, jalanku adalah jalan kembali padaMu, dan jalanku telah digariskan olehMu jauh sebelum aku hadir di duniaMu. Aku hanya rindu menjadi bagian dari syurgaMu, aku rindu berteMu Engkau ya Rabbi

0 komentar: